Seorang komposer biasanya memasuki proses kreatif scoring film ketika pada saat berlangsung proses akhir pembuatan film, bersamaan dengan di mana film tersebut sedang diedit. Namun ada juga komposer yang giat membuat film score ketika filmnya masih dalam proses shooting.
Komposer akan berdiskusi dengan sutradara atau produser tentang syarat-syaratnya, gaya, nada dan jenis musik apa yang dibutuhkan untuk film tersebut sebelum proses editingnya selesai. Kemudian sutradara dan komposer akan menonton filmnya secara keseluruhan dan mencatat bagian mana saja yang akan ditambahkan musik.
Dalam proses tersebut, komposer mencatat setiap timing/pewaktuan dengan seksama. Jadi, ia bakal tahu berapa panjang musik yang dibutuhkan, kapankah musik diputar, kapankah musiknya harus berhenti dan pada momen adegan tertentu musik harus diputar
pada ketepatan adegan khusus. Proses inilah yang disebut ‘Spotting’.
Ada juga para film maker yang mengedit filmnya didasarkan pada musik yang sudah ada, ketimbang dengan cara lain. Seperti sutradara Godfrey Reggio yang mengedit filmnya ‘Koyaanisqatsi’dan ‘Powaqatsi’ berdasar pada musik Philip Glass.
Dalam beberapa keadaan, ada juga komposer yang membuat film score berdasarkan script atau storyboard tanpa menonton filmnya. Terlebih hal tersebut diarasakan lebih bebas meluapkan ekspresi dalam membuat musik. Dalam hal ini, biasanya berhubungan dengan sutradara yang tak banyak komentar khusus pada score pada adegan istimewa atau nuansa film.(**)
Referensi: Cek di sini.
Komposer akan berdiskusi dengan sutradara atau produser tentang syarat-syaratnya, gaya, nada dan jenis musik apa yang dibutuhkan untuk film tersebut sebelum proses editingnya selesai. Kemudian sutradara dan komposer akan menonton filmnya secara keseluruhan dan mencatat bagian mana saja yang akan ditambahkan musik.
Dalam proses tersebut, komposer mencatat setiap timing/pewaktuan dengan seksama. Jadi, ia bakal tahu berapa panjang musik yang dibutuhkan, kapankah musik diputar, kapankah musiknya harus berhenti dan pada momen adegan tertentu musik harus diputar
pada ketepatan adegan khusus. Proses inilah yang disebut ‘Spotting’.
Ada juga para film maker yang mengedit filmnya didasarkan pada musik yang sudah ada, ketimbang dengan cara lain. Seperti sutradara Godfrey Reggio yang mengedit filmnya ‘Koyaanisqatsi’dan ‘Powaqatsi’ berdasar pada musik Philip Glass.
Dalam beberapa keadaan, ada juga komposer yang membuat film score berdasarkan script atau storyboard tanpa menonton filmnya. Terlebih hal tersebut diarasakan lebih bebas meluapkan ekspresi dalam membuat musik. Dalam hal ini, biasanya berhubungan dengan sutradara yang tak banyak komentar khusus pada score pada adegan istimewa atau nuansa film.(**)
Referensi: Cek di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar